SlotRaja777 – Buat banyak orang tua, terutama yang memiliki anak neurodivergen, headphone noise-canceling dianggap sebagai penyelamat. Perangkat ini membantu anak-anak tetap fokus dan mengurangi gangguan suara dari lingkungan sekitar. Tapi, ada sebuah peringatan baru yang mungkin mengejutkan: apakah perangkat ini justru bisa memicu Auditory Processing Disorder (APD) atau gangguan pemrosesan pendengaran pada anak?
Sebuah artikel BBC News yang terbit pada 15 Februari membahas kemungkinan kaitan antara penggunaan headphone noise-canceling dengan meningkatnya kasus APD pada anak dan remaja. Ini tentu bertentangan dengan anggapan umum bahwa risiko utama penggunaan headphone adalah volume suara yang terlalu keras yang bisa menyebabkan Noise-Induced Hearing Loss (NIHL) atau kehilangan pendengaran akibat kebisingan.
Namun, kali ini bukan kebisingan yang jadi masalah—melainkan kesunyian yang diciptakan oleh fitur noise-canceling.
Apa Itu APD?
Menurut Mayo Clinic, APD bukanlah gangguan pendengaran biasa. Seseorang bisa saja memiliki pendengaran normal tetapi mengalami kesulitan dalam memahami suara di lingkungan ramai, menentukan arah datangnya suara, atau memproses kata-kata yang diucapkan dengan cepat.
APD biasanya dikaitkan dengan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, atau infeksi telinga berulang. Namun, beberapa audiolog yang diwawancarai BBC menemukan tren baru: semakin banyak anak yang dirujuk ke mereka karena masalah pendengaran, tetapi ketika diuji, pendengaran mereka normal—masalahnya terletak pada kemampuan otak dalam memproses suara.
Apakah Headphone Noise-Canceling Bisa Menyebabkan APD?
Kasus Sophie, seorang asisten administrasi berusia 25 tahun, menjadi contoh menarik. Ia mengalami kesulitan dalam memahami percakapan setelah bertahun-tahun menghadiri kuliah online dengan subtitle dan memakai headphone noise-canceling selama lebih dari lima jam sehari. Meskipun dokter belum menemukan penyebab pasti APD yang dialaminya, mereka mempertanyakan apakah penggunaan headphone dengan fitur peredam bising bisa menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Menurut Claire Benton, wakil presiden British Academy of Audiology, otak manusia bekerja keras untuk menyaring suara latar belakang. Namun, jika seseorang terlalu lama menggunakan headphone yang memblokir kebisingan sekitar, otaknya bisa kehilangan kemampuan ini.
“Kamu menciptakan lingkungan palsu di mana kamu hanya mendengar apa yang ingin kamu dengar. Kamu tidak lagi terbiasa menyaring suara-suara yang tidak perlu,” jelas Benton kepada BBC News.
Tidak Semua Pakar Sepakat
Meski ada kekhawatiran dari beberapa ahli, tidak semua audiolog setuju bahwa headphone noise-canceling bisa menyebabkan APD.
Dr. Ruth Reisman, seorang audiolog yang juga mengajar di universitas dan memiliki klinik di Brooklyn, New York, tidak melihat adanya hubungan langsung antara APD dan penggunaan headphone noise-canceling. Dalam praktiknya, ia menangani 150-250 pasien APD per tahun dari berbagai kelompok usia, dan menurutnya, belum ada penelitian yang cukup kuat untuk membuktikan hubungan keduanya.
Dr. Reisman menekankan bahwa yang lebih penting adalah bagaimana seseorang menggunakan headphone, bukan apakah mereka memiliki fitur noise-canceling atau tidak. Ia selalu menyarankan pasiennya untuk mengatur volume suara, menghindari penggunaan headphone dalam waktu lama, dan rutin beristirahat untuk menjaga kesehatan pendengaran.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Hearing Loss Association of America (HLAA). Mereka tidak bisa berkomentar langsung mengenai APD, tetapi tetap menyarankan untuk menurunkan volume dan membatasi durasi pemakaian headphone agar terhindar dari gangguan pendengaran akibat suara keras.
Masih Butuh Penelitian Lebih Lanjut
Meski BBC mengangkat kekhawatiran ini, hingga saat ini belum ada penelitian ilmiah yang cukup kuat untuk mengonfirmasi bahwa headphone noise-canceling benar-benar bisa menyebabkan APD.
Menurut Wayne Wilson, seorang profesor dari University of Queensland, penelitian di bidang ini sangat kompleks. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan, seperti jenis suara yang diblokir, usia anak, durasi pemakaian, dan lingkungan pendengaran secara keseluruhan.
Sehingga, bagi para orang tua yang khawatir, penting untuk tidak panik dulu. Yang perlu diingat adalah korelasi tidak selalu berarti sebab-akibat. Hanya karena semakin banyak anak mengalami APD dan semakin banyak orang yang memakai headphone noise-canceling, bukan berarti perangkat ini adalah penyebab utamanya.
Kesimpulan
Jadi, apakah headphone noise-canceling benar-benar bisa merusak pendengaran anak? Jawabannya masih belum pasti. Tidak ada bukti ilmiah yang kuat yang menyatakan bahwa fitur noise-canceling dapat menyebabkan APD.
Baca: Honor Magic V4 Bisa Jadi Ponsel Lipat Tertipis di Dunia – Apakah Ini Gebrakan Baru?
Namun, penggunaan headphone dalam waktu lama tetap bisa berdampak negatif, terutama jika tidak digunakan dengan bijak. Beberapa langkah yang bisa diambil untuk menjaga kesehatan pendengaran anak antara lain:
✅ Atur volume pada tingkat yang aman
✅ Hindari pemakaian headphone terlalu lama
✅ Gunakan mode transparansi jika memungkinkan, agar otak tetap terbiasa menyaring suara
✅ Beristirahat secara berkala saat menggunakan headphone
Kesimpulannya, headphone noise-canceling tidak berbahaya jika digunakan dengan cara yang tepat. Namun, jika ingin aman, bijaklah dalam penggunaannya agar pendengaran tetap sehat dalam jangka panjang.