Blog Detail

  • Home
  • Cerita Horor Ilmu Hitam Kakek

Cerita Horor Ilmu Hitam Kakek

SlotRaja777 – Setelah kematian kakeknya, satu persatu pertanyaan yang selama ini Safidin pendam mulai mengantarkanya pada sebuah kebenarnya yang tidak pernah dia sangka-sangka. Semasa kecil Safidin tinggal di sebuah desa yang masih sangat kental dengan segala hal yang berbau hal mistis. Daerah yang masih kental ziarah kuburnya, dari kecil Safidin dan kakenya sangatlah dekat.

Ia sering dijemput kakek untuk sekedar jalan-jalan dengan sepeda ontel milik kakenya. Safidin bahkan sering menginap di rumah kakeknya, di rumah tersebut ada sebuah pintu yang sangat misterius, tak boleh dibuka oleh siapapun juga, terpalang oleh sebuah kayu dan dipaku.

Semenjak kecil Safidin penasaran dengan apa yang ada di balik pintu tersebut, namun semua pertanyaan itu ia simpan rapat seorang diri. Hingga masa remajanya tiba, ia memberanikan diri mencari jawaban ke kakeknya. Namun setelah Safidin bertanya,
sikakek hanya menjawab dengan candaan yang terlihat jelas untuk menutupi segala rahasia kelam di balik pintu tersebut. Saat Safidin sedang asik bercengkrama dengan kakeknya, tiba-tiba saja ibunya datang dan langsung marah-marah.

Menyuruh Safidin untuk segera pulang, kakeknya hanya mengelus dada dan menenangkan putri sulungnya tersebut. Namun bukanya reda, ibunya Safidin malah makin meledak-ledak amarahnya. Karena ibunya Safidin sejak dulu sangat tidak suka kalau melihat anaknya diajari kakeknya ilmu-ilmu klenik.

Sependek sepengetahuan Safidin, ibunya memang sudah lama tidak rukun dengan ayahnya tersebut. Entah atas sebab apa, ibu begitu membenci si kakek. Mungkin alasan itu juga yang membuat kakek begitu dekat dan menyayangi Safidin cucunya,
sebagai balasan karena kakek tidak pernah bisa dekat dengan putrinya. Kakeknya Safidin memiliki toko obat di sebuah pasar kecil di desanya, meski terletak di desa kecil. Namun toko si kakek selalu ramai, hingga bibi-bibinya Safidin bisa berkuliah hasil dari toko tersebut.

Terkecuali ibunya Safidin yang hanya mengenyam pendidikan hingga bangku SMP. Namun tak jelas apa alasan pasti si ibu tidak memilih melanjutkan pendidikanya. Walau kelihatan tidak akur, ibu tetap perduli pada kakek yang mulai sakit-sakitan.
Ibu dengan sabar merawat kakek yang kesehatan semakin menurun, ia nggak lagi mampu berjualan di tokonya seperti biasa. Hingga empat bulan kemudian kakek menghembuskan nafas terakhirnya.

Secepatnya kami sekeluarga pergi menuju ke rumah duka, proses pemandian jenazah, pembacaan ayat suci, semua sudah terlaksana. Safidin merasa sangat terpukul dan tidak tahu harus apa, hingga yang dia lakukan hanya mondar -mandir di ruang tengah. Hingga tersadar, pintu misterius yang selama ini terkunci rapat, telah terbuka.

Tercium dari pintu depan kamar bau yang anyir dan amis, seperti bau kencing atau darah bercampur nanah. Safidin penasaran dan memasuki kamar tersebut, namun ibu yang mendapati Safidin memasuki kamar itu, segera membentak dan menyuruhnya untuk segera keluar dari kamar tersebut.

Ibu tak pernah terlihat semarah itu pada Safidin, hingga untuk merayu ibunya, Safidin memilih untuk membagikan makanan kepada para pelayad yang mulai berdatangan. Kemudia proses pembawaan jenazah ke pemakaman pun dimulai.
Dari belakang Safidin melihat ada begitu banyak orang yang ikut membawa keranda kakeknya, Safidin terheran-heran, karena biasanya keranda akan diusung hanya oleh empat orang.

Tapi kenapa keranda kakeknya begitu banyak yang ikut mengusungnya? Karena saat itu, semua sisi keranda ada yang membopong. Sesampainya di pemakaman, masyarakat yang mengiring pun pulang ke rumah mereka masing-masing. Tinggalah di situ, Safidin, ibu dan ayahnya saja. Safidin mencuri dengar pembicaraan orang tuanya, “pak tadi pintu terlarang yang dipalang terbuka”
ucap ibu. Namun ayahnya Safidin hanya menjawab seolah acuh tak acuh dan berjanji akan membersihkan kamar tersebut serta memberi lampu penerangan.

Seketika setelah ayahnya Safidin selesai berbicara, muncul kobaran api dari gundukan makam kakek. Seperti api yang muncul dari kobaran api kecil yang disiram bensin. Safidin dan ayahnya segera mengambil air dari sungai kecil untuk memadamkan api. Setelah api padam, Safidin dan kedua orang tuanya kembali ke rumah duka. Rencananya mereka akan menginap selama tujuh hari ke depan
selama tujuh hari tersebut banyak kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di rumah kakek.

Pada malam pertama, Safidin terbangun di tengah malam. Dengan mata yang sayu karena masih mengantuk, Safidin melihat ada sosok perempuan di atas lemari kamarnya, dengan berambut panjang yang menjulur hingga ke lantai, berpakaian kebaya hijau khas Jawa kuno. Perempuan itu hanya diam, sambil menggerak-gerakan kepalanya secara perlahan. Sambil menangis ketakutan, Safidin mencoba membangunkan ibu dan ayahnya yang tidur satu kamar denganya.

Namun saat orang tuanya telah ikut terbangun, sosok perempuan menyeramkan itu tlah menghilang begitu saja. Bukanya ditenangkan, ibunya Safidin malah marah-marah dan menyuruhnya untuk segera mengambil wudhu di kamar mandi belakang. Akhirnya Safidin ke kamar mandi sendirian, sebenarnya Safidin sangat malah untuk ke kamar mandi rumah kakek tengah malam sendirian, mengingat aura kamar mandi kakek sangatlah tidak enak. Pas sampai di depan kamar mandi, terdengar suara byar byur air, seperti ada orang mandi di dalamnya.

Safidin mengira itu adalah paman atau bibinya yang ikut menginap di rumah tersebut. Setelah memanggil sekial lama tanpa mendapatkan jawab, Safidin memberanikan diri untuk membuka pintu kamar mandinya, namun tak ada siapapun di dalamnya.
Safidin langsung berwudhu dengan kilat dan kembali ke kamarnya, tapi di lorong menuju kamar, ia mendengar ada ketukan yang berasal dari pintu misterius.

Pas Safidin mencari sumber suara, memang benar asalnya dari ruangan misterius itu. Karena tidak mau bertemu dengan yang aneh-aneh, Safidin jalan cepat menuju ke kamar. Di sana ayah dan ibunya telah tertidur, karena takut dimarahi lagi. Safidin memutuskan untuk ikut gabung tidur lagi, keesokan paginya baru Safidin menceritakan semua ke ayah dan ibunya.

Dan anehnya mereka seperti sudah tahu Safidin akan bercerita soal apa. Safidin semakin penasaran sebenarnya rahasia apa yang selama ini keluarganya sembunyikan darinya. Hingga ayahnya pun memutuskan menceritakan semua kepada Safidin,
mengingat usianya yang dianggap sudah cukup dewasa untuk menanggung semua. Ayahnya mulai bercerita kalau ternyata kakeknya Safidin bukanlah kakek kandungnya, dan kakek kandungnya pergi menghilang, Setelah nenek melahirkan ibunya, kakek kandungnya menghilang seperti ditelan bumi.

Dan tidak pernah menghubungi nenek ataupun anaknya, ya itu ibunya Safidin. Jaman itu desanya si kakek masih umum para pemudanya menganut ilmu hitam, hingga santer terdengar kabar. Kakek kandungny Safidin dibuat bercerai dengan neneknya tersebut. Karena katanya neneknya Safidin terkenal sangat cantik saat muda dulu. Meski dengan ilmu hitam kakekanya Safidin bisa menjalani hidup dengan lebih mudah, namun semua yang berasal dari setan tidaklah gratis. Selalu ada harga yang harus manusia tebus.

Begitu pula si kakek yang harus membayar dengan nyawa setiap anak laki-laki yang terlahir dari perkawinanya dengan si nenek, harus mati sebelum mereke akil baligh. Hingga kakek menjalani hidupnya dengan penuh penyesalan, namun semua sudah terlanjur. Nasi telah menjadi bubur.

Baca: Cerita Horor Merias Sekte Misterius

Hal inilah yang membuat si nenek memutuskan mengakhiri hidupnya. Karena tak lagi kuat menyaksikan semua anak laki-lakinya harus tewas secara mengenaskan. Akhirnya Safidin paham kenapa ibunya tidak pernah suka jika dirinya melakukan kegiatan dengan kakek yang berhubungan dengan hal supranatural.

Malam keduanya tiba-tiba saja ibunya Safidin memintanya untuk menemani ke kamar mandi. Pas lagi menunggu ibunya di kamar mandi, tiba-tiba dari arah pintu dapur yang masih berbentuk model atas dan bawah khas jaman dulu, ada yang mengetuk.

Safidin ketakutan dan memanggil-manggil ibunya, saat ibunya telah keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba pintu bagian atas seperti ada yang membanting dengan sangat keras, seketika setelah ibu berada di samping Safidin,
muncul sosok kakek yang sangat pucat dan terbungkus kain kafan yang kotor, seraya mendekat ke arah muka ibu dan berteriak “di mana bapak kamuuu”?

Write a comment