SlotRaja777 – Dakini adalah seorang perias pengantin tradisional yang sangat mahir dalam pekerjaanya, bakatnya telah menurun dari nenek dan ibunya. Karena kemahiranya inilah yang membawa ia pada cerita yang takkan pernah bisa dilupakan.
Dakini merupakan seorang wanita berusia 35 tahun yang tinggal di sebuah daerah di Jawa Tengah. Sejak dulu, keluarganya memang menggeluti pekerjaan sebagai perias pengantin tradisional. Hingga akhirnya Dakinipun ikut menekuni pekerjaan perias pengantin.
Meski pada awalnya ia sedikit menolak. Namun karena suruhan ibunya dan terlebih mengingat betapa susahnya mencari pekerjaan di zaman ini, ia pun akhirnya menerima kenyataan. Malangnya Saat Dakini baru memasuki masa kuliah, ibunya jatuh sakit. Sedangkan ayahnya sudah lama tiada, karena dituntut kebutuhan, Dakinipun mulai mengambil job sampingan sebagai perias wisuda atau pengantin.
Hingga suatu hari ada seorang perempuan paruh baya bernama nyai Nimas yang mendatangi rumahnya, perempuan itu berdandan rapi dengan sanggul dan mengenakan kebaya. Serta wajahnya yang sangat cantik untuk perempuan seusianya. Sosoknya begitu kharismatik dan mempesona. Dakini awalnya mengira nyai Nimas ini akan ke acara kondangan. Mengingat kedatanganya yang pas adzan maghrib berkumandang. Ibunya Dakinipun menerimanya sebagai tamu, dan mulai meriasnya seperti biasanya. Sementara si ibu sedang mendandani tamunya,
Dakini hanya menyaksikan dari ruang depan. Sejam berlalu hingga akhirnya selesai. Tamunya si ibu inipun pulang, namun ibunya Dakini terlihat pucat dan ketakutan, meski Dakini sempat khawatir. Tapi kata ibunya, semua baik-baik saja. Di keesokan harinya,
Tepat di jam maghrib si nyai yang kemarin, datang lagi. Mengenakan kebaya yang sama dengan permintaan yang sama persis seperti kemarin, meminta ibunya Dakini untuk meriasnya lagi. Saat ibunya Dakini sedang merias nyai Nimas,
Tiba-tiba saja nyai Nimas marah-marah karena tangan ibu tak sengaja mengenai sanggulnya. Dakini hanya berfikir, mungkin tamunya ibu adalah tipikal orang kaya yang haus hormat kala itu. Dan seperti kemarin dalam sejam kerjaan ibunya selesai. Normalnya ibunya Dakini akan mendapat bayaran 200 ribu sekali merias, tapi anehnya tamu si ibu ini, memberikan 1 juta 20 ribu rupiah kala itu. Selain banyak, nominalnya juga aneh menurut Dakini dan ibunya. Setelah merias yang kedua kalinya,
Ibunya Dakini malamnya mengalami sakit yang aneh. Sampai akhirnya Dakinilah yang menggantikan pekerjaan ibunya, sampai suatu ketika Dakini mendapat panggilan untuk merias pengantin dengan adat Jawa. Karena masih ragu dengan kemampuanya, Dakini malah menolak tawaran tersebut. Dengan beralasan dia masih pemula dan belum berani. Si penelfon itu malah menjawab “kalau ibumu, masih bisa?” Kata-kata inilah yang membuat Dakini yakin, kalau penelfon ini kenal dengan ibunya. Dakinipun menjelaskan kalau ibunya sedang sakit dan akan sangat tidak mungkin untuk merias. Maka sekali lagi tawaran itupun Dakini tolak, tapi kemudian si penelfon memberikan tawaran nominal yang akan sangat sulit Dakini tolak, tergoda dengan jumplah yang akan diterima, Dakinipun menerima tawaran itu.
Ia merayu-rayu ibunya untuk ikut serta membantu merias pengantin nanti, mengingat kemampuanya yang belum semumpuni ibunya. Sebelum hari H, Dakini disuruh puasa dan merapalkan mantra-mantra yang telah ibunya ajarkan. Sampai pada hari H, Dakini melakukan sholat tahajud terlebih dulu, bertujuan agar bisa berangkat pagi buta ke tempat acara. Tapi entah kenapa, perasaan Dakini sangat tidak enak kala itu. Semua seolah dipersulit, bahkan eye shadow pallete yang baru ia beli.
Tiba-tiba jatuh begitu saja. Meski sudah ditaruh di tengah meja. Bahkan persis sebelum pergi, ibunya Dakini mengalami muntah selama dua kali. Meski Dakini sudah menyuruh ibunya untuk di rumah saja, namun ibunya bersikeras untuk menemani Dakini dan pas sudah tinggal berangkat. Tiba-tiba saja motornya mogok. Karena masih terlalu pagi dan tidak mungkin akan ada bengkel yang buka, Dakini memutuskan untuk meminjam motor tetangganya. Mereka berdua akhirnya berangkat menuju kota, suasana masih gelap dan sepi.
Kurang dari sejam mereka sampai di tempat acara dan rumah penyewa jasa rias Dakini, ternyata sangatlah besar untuk ukuran orang kabupaten. Terlihat banyak mobil mewah berjejer rapi di halaman rumah itu, mengingat saat itu masih sangat pagi. Hingga Dakinipun keheranan dengan para tamu undangan yang datang sangat pagi, Dakini diantar oleh salah satu pekerja rumah tersebut menuju kamar pengantinya.
Di situ Dakini dikejutan lagi, karena ternyata sosok pengantin wanitanya adalah sosok yang cukup terkenal di kotanya. Si pengantin menyambut Dakini dengan sangat ramah, meski ia sosok yang terkenal. Namun tak terlihat sama sekali aura kesombongan pada cara bicaranya. Hingga Dakinipun dibuat nyaman karenanya. Sementara ibunya Dakini duduk di sebelahnya, untuk mengawasi pekerjaan Dakini. Mengingat permintaan pengantinya adalah make up tradisional Jawa yang klasik. Semua tampak baik-baik saja, ibu dari pengantin masuk ke kamar tersebut.
Dan ternyata dia adalah nyai Nimas yang tempo hari pernah mendatangi rumahnya Dakini. Si pengantinpun berkata “kalau ibunya lah yang merekomendasikan Dakini”, waktu si ibunya pengantin ini memasuki ruangan, tercium aroma kemenyan yang sangat kuat. Si ibunya pengantin hanya mengucapkan terima kasih, karena Dakini telah bersedia untuk merias putrinya. Suaranya memang lembut, tapi tak bisa disebut ramah pula. Kemudian nyai Nimas ini meminta ibunya Dakini untuk mendandaninya, meski sudah menolak dengan cara yang halus, nyai Nimas tetap memaksa dengan menyuruhnya untuk merias sambil dudukan saja. Karena sungkan akhirnya ibunya Dakini merias nyai Nimas, sedangkan Dakini fokus dengan pengantin wanitanya. Di depan kaca besar nan panjang Dakini dan ibunya saling bersebalahan.
Saat Dakini sedang fokus merias pengantin, ia melihat sosok wanita berkemben hijau di kaca. Namun saat dia melihat ke arah ibunya, sosok wanita itu tidak ada. Ia hanya melihatnya di pantulan kaca, selama 2 jam merias. Sosok itu terus saja berada di situ sambil memijat
Punggung nyai Nimas, dan anehnya ibunya Dakini terlihat sehat saat merias si nyai. Setelah selesai si pengantin ini puas dengan kinerja Dakini, tapi dia masih saja shock dengan kejadian yang barusan dia alami. Gelagatnya yang terlihat aneh, sehingga membuat si pengantin menyadari perubahan Dakini. “Mbak Dakini bisa melihat juga ya? Ku kira cuma ibunya mbak aja yang bisa” Dakini terkejut, ibunya pun mengalihkan pembicaraan dan mengajak Dakini keluar kamar.
Ibunya hanya menyuruh Dakini menyimpan semua ceritanya dan jangan bercerita soal apapun, selama mereka masih di sana. Dakini dan Ibunya hanya disuruh berjaga hingga acara selesai. Namun setelah dilihat-lihat acara pernikahan itu tidaklah seperti pada umumnya, karena tidak Dakini lihat adanya mempelai pria di atas pelaminan.
Dengan tamu yang sekitar 30 orang, berhiaskan dekor yang megah nan sakral, para tamu undangan juga berpakaian atasan serba hitam dengan kain jarik sebagai bawahan. Semua tamu baik laki-laki maupun perempuan, mengenakan pakaian yang sama. Dan berdiri seorang yang seperti penghulu.
Tapi setelah di lihat-lihat, pengantin wanitanya hanya berdiri seorang diri di pelaminan. Namun Dakini dan Ibunya sama sekali tidak boleh melihat prosesi acara saat dilaksanakan, mereka hanya disuruh menunggu di ruang rias tadi. Mereka pun kembali teringat, saat memasuki halaman rumah nyai Nimas, tidak mereka lihat foto-foto pasangan pengantin selayaknya pengantin pada umumnya. Bahkan tulisan pasangan nama pengantinpun tidak mereka dapati, hanya hiasan bunga berikut janur kuning yang melambai-lambai. Karena rasa penasaranya,
Dakinipun akhirnya bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Dengan terpaksa ibunya Dakini bercerita, dahulu saat nyai Nimas jadi pengantin, neneknya Dakinilah yang menjadi periasnya. Dan ibunya Dakini ikut, saat itu ia malah melihat. Nyai Nimas ini banyak dayang-dayangnya, sosok perempuan berkemben hijau seperti yang Dakini lihat barusan. Ada yang bertugas menyisir rambut, memijat bahkan mencuci kaki Nyai Nimas. Dan bahkan lebih seram dari yang Dakini lihat. Namun neneknya Dakini tidak dapat melihat.
Baca: Cerita Horor Langgar Tanah Tulah
Semenjak kejadian itu, neneknya Dakini memutuskan untuk tidak mau lagi mengambil kerjaan dari nyai Nimas karena takut. Hingga suatu hari, nyai Nimas muncul di rumah ibunya Dakini. Dikedatangan pertama, nyai Nimas menawari ibunya Dakini untuk menjadi perias pribadinya. Dengan gaji yang sangat besar.
Sedangkan kedatangan kedua, menawari ibunya Dakini untuk menjadi pengikutnya. Karena menurut nyai Nimas, aura ibunya Dakini itu bagus nan harum. Setelah menolah dua kali, ibunya Dakini jadi sering merasa diganggu oleh hal ghaib dan sakit-sakitan. Tapi semua itu ia rahasiakan dari Dakini. Selepas merias anaknya nyai Nimas, Dakini jadi sering diminta untuk merias nyai Nimas dan anaknya. Dan anehnya selalu harus di atas jam 7 malam.