SlotRaja777 – Semua nama dalam cerita sudah diubah.
2014 kalimantan selatan.
“Uhuk.. Uhukk.. Wanda, ambil akan pang banyu putih gasan abah..(Wanda, tolong ambilkan air putih ” Ujar seorang laki-laki berusia 50 tahunan yang sedang duduk di depan TV
Wanda yang baru saja hendak berangkat kerja itu pun langsung kembali ke dapur mengambilkan air putih di dalam botol untuk sang ayah.
“Napa ikam lawan laki ikam jadi badahulu badudi tulaknya? (Kenapa kamu dan suamimu tidak berangkat bersama?)”
tanya abah ketika Wanda meletakkan botol air di atas meja yang berada di hadapan sang ayah
“Dia ada kerjaan diluar kota bah, makanya berangkatnya lebih pagi.”jawab Wanda seraya memakai sepatunya
Wanda adalah seorang guru di sekolah SMP, sementara suaminya mempunyai usaha
agen travel yang diurus bersama dengan dua orang temannya.
“Oh..”
“Bah, wanda pamit berangkat ngajar dulu ya” kata Wanda berpamitan pada ayahnya
“Iya, nanti pulangnya tolong belikan gado-gado ya nak.”
Wanda mengangguk, lalu kemudian ia menutup pintu rumahnya.
Wanda berangkat dengan menaiki motor vario yang baru beberapa minggu ia kredit.
“Selamat pagi bu Wanda..” Sapa anak-anak murid Wanda ketika mereka melihat wanda datang
“Selamat pagi anak-anakku..” Balas Wanda menyapa sambil melemparkan senyum pada anak-anak itu
Hari itu berjalan seperti biasanya. Dalam perjalan pulang, tak lupa Wanda membelikan pesanan sang ayah.
Sesampainya di rumah, terlihat ayah dan ibunya sedang duduk-duduk di depan tv menonton siaran berita.
“Sudah makan ma bah?” Tanya Wanda
“Sudah, tadi mama masak kari ayam kesukaannya si ulfah. Pas sampai rumah dia langsung makan. Sekarang lagi tidur siang di kamarnya.”jawab ibunya
“Oh, ini ma bah, gado-gado pesanan abah pagi tadi.” Kata Wanda seraya meletakkan kantong plastik berisi dua bungkus gado-gado
Ya, Wanda memang tinggal serumah dengan orang tuanya. Bukan karena mereka tidak punya rumah. Melainkan karena Ulfah anaknya Wanda tidak bisa jauh dari kakek dan neneknya, sementara orang tua Wanda ini juga tidak mau ikut tinggal dirumah Wanda. Maka dari itu Wanda dan suaminya
mengalah dan tinggal dirumah orang tua Wanda.
Wanda juga punya adik laki-laki, namanya Hairul, yang bekerja di perusahaan tambang di kalimantan tengah. Namun adiknya itu hanya pulang tiga bulan sekali. Itu pun jatah cuti nya hanya dua minggu saja.
Wanda ke kamarnya untuk bersih-bersih badan. Lalu setelah mengenakan dasternya, Wanda langsung keluar kamar. Ia berjalan ke arah dapur, karena perutnya sudah mulai terasa lapar.
Selesai makan, Wanda kembali ke dalam kamarnya untuk istirahat.
Sekitar pukul empat sore. Pintu kamarnya diketuk oleh ayahnya dari luar.
“Sholat nak.” kata ayahnya mengingatkan
Selesai melaksanakan sholat, Wanda bergegas ke dapur untuk membantu ibunya memasak. Sementara Ulfah terlihat sudah bermain bersama kakeknya di depan tv.
“Mau masak apa sore ini ma?”tanya Wanda
“Sop ayam..”jawab ibunya singkat
“Terus ini kacang untuk apa?” tanya Wanda
“Untuk bikin saus kacang.”
“Oh, jadi ceritanya mau bikin sate juga?”
“Iya. Itu arangnya di dalam plastik, tolong kamu nyalakan ya. Sekalian kamu bakar satenya.” kata ibunya seraya menunjuk ke arah plastik putih di dekat pintu dapur
“Nah ini daging ayamnya.” lanjut ibunya sembari meletakkan baskom berisi daging ayam di dekat Wanda
Mata Wanda melebar,
“Ini belum di tusuk?” tanya Wanda
“Sekalian kamu kerjakan ya. Itu tusukan satenya ada di lemari di belakangmu.”
Wanda langsung duduk, ia mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh sang ibu. Tidak lama, ayahnya ke dapur. Dan tanpa berkata-kata ayahnya
langsung membantunya.
Karena dikerjakan oleh dua orang, pekerjaan Wanda pun selesai dengan cepat. Setelah mencuci tangan, Wanda langsung menyalakan arang untuk membakar satenya.
Tapi baru setengah baskom sate yang dibakar, dari luar terdengar suara suami Wanda datang.
“Itu Rendi sudah pulang, sini biar abah yang lanjutkan. Kamu buatkan dulu minuman untuk suamimu.” kata sang ayah yang baru saja dari luar
Wanda menurut, ia langsung beranjak untuk membuatkan suaminya minuman.
“Kamu sudah pulang?” tanya Wanda dengan bibir tersenyum
“Iya, Alhamdulillah semuanya sudah beres. Makanya aku bisa cepat pulang.”jawab suaminya masih asyik bermain dengan Ulfah
“Wangi sekalinya baunya, kalian lagi masak apa?” tanya Rendi seraya menyeruput es sirup yang diberikan oleh istrinya
“Mama masak sop, dan sate..”
“Wah, tau aja mama kalau menantunya ini lagi pengen makan sop campur sate.” kata suaminya dengan bibir tersenyum
Setelah sholat maghrib bersama, mereka pun pergi ke dapur bersama-sama untuk makan.
“Mmm.. Seperti biasa, masakan mama selalu enak.” puji Rendi seraya mengangkat
jempolnya
“Abah juga ikut andil dalam masakan hari ini..” ujar ayahnya Wanda tak mau kalah
“Tapi bumbu-bumbunya kan mama yang buat..” kata ibunya Wanda sambil tertawa
________
Keesokan harinya, seperti biasa. Wanda dan suaminya berangkat bersama.
Namun di tengah-tengah jam pelajaran, Wanda mendapatkan telepon dari ayahnya yang mengatakan kalau ibunya Wanda terjatuh saat sedang membeli sayur di depan rumah.
Mendengar kabar itu, Wanda langsung
pulang.
Sepanjang perjalanan pulang ia berdoa agar ibunya tidak kenapa-napa.
Sesampainya di rumah, Wanda langsung menghampiri ibunya yang sedang terbaring diatas kasur.
“Mama kada papa. Abah ikam ni saku balabihan mamadahakan tadi neh, jadi sampai ikam bulik bagagasakan. (Mama nggak apa-apa. Ayahmu saja mungkin yang berlebihan mengabarkan. Makanya kamu sampai buru-buru pulang.)” kata ibunya pelan
Wanda menggeleng,
“Mama kalau lagi sakit itu, jangan ngerjain pekerjaan rumah ma. Wanda bisa kok pulang ngajar, terus masak dan ngerjain pekerjaan rumah. Kalau mama sakit begini, Wanda merasa jadi anak yang nggak berguna karena nggak bisa bantu mama.”ucap Wanda terisak
“Mama nggak apa-apa, tadi itu kepala mama cuma sedikit pusing. Sekarang sudah nggak apa-apa kok.”
“Pokoknya mau nggak mau, mama harus mau. Aku akan cari Art untuk bantu-bantu kita di rumah.”
Ibunya mengangguk, Wanda tersenyum sembari menghapus air matanya.
________
Keesokan harinya, saat Wanda baru sampai rumah. Ia melihat ada sendal asing berada di teras rumah.
“Dia ini namanya Ani. Katanya dia mau melamar jadi art di sini.”kata ayahnya Wanda
“Oh, iya.. Kebetulan kami memang sedang mencari art mbak. Tapi Mbak dapat infonya dari mana kalau kami sedang mencari art?”
“Dari bu Ruminah bu, kebetulan saya juga sering ke daerah sini untuk mengambil upah beres-beres rumah dan nyuci gosok punya ibu-ibu di sekitar sini.”jawab mbak Ani
Wanda mengangguk, bibirnya tersenyum.
“Tapi sebelumnya saya mau memberitahu dulu tentang gaji yang akan saya berikan. Saya hanya bisa memberikan sekitar 700 ribu dalam satu satu bulannya. Kalau mbak Ani merasa cocok dengan gaji yang saya tawarkan, mbak Ani bisa mulai kerja disini besok. Tapi kalau misal tidak cocok, nggak apa-apa, mbak Ani bilang aja.”
“Saya mau bu..” jawab mbak Ani cepat
Wanda saling bertatapan dengan ayahnya.
“Baiklah mbak, kalau begitu, mbak Ani bisa bekerja mulai besok disini.”kata Wanda
“Tapi maaf sebelumnya bu. Kalau semisal saya pulang pergi dari kosan saya kesini, apa boleh bu?”tanya mbak Ani
“Nggak apa-apa mbak, mau nginap, boleh. Mau pulang pergi juga silahkan. Yang penting pekerjaan rumah beres.”jawab Wanda tersenyum
Mbak Ani mengangguk, ia tersenyum menatap Wanda.
“Kalau begitu, saya pamit pulang dulu ya bu. Besok pagi-pagi saya akan kesini.”
“Sekitar jam 7an saja mbak, nggak usah terlalu pagi. Kasian mbaknya kalau terlalu pagi.”
Mbak Ani mengangguk dengan bibir yang masih menyunggingkan senyum. Lalu kemudian ia pun pamit untuk pulang, dan akan datang lagi di keesokan harinya.
_____
“Ayaaaahhh…”panggil Ulfah ketika melihat ayahnya datang
“Eh, anak ayah yang cantik..” kata Rendi dengan bibir tersenyum
Ulfah langsung memeluk ayahnya yang baru saja masuk kedalam rumah,
“Ayah bawa apa?” tanya Ulfah
“Ini makanan sayang, Untuk kita semua.”
“Oh, Ulfah jadi laper yah.”
“Ya sudah, ayah mandi dulu ya. Nanti kita makan sama-sama.” kata Rendi seraya berjalan mendekat kearah ayah mertuanya yang sedang menonton tv
Setelah salim pada ayah mertuanya, Rendi lantas masuk kedalam kamar untuk mandi.
Sekitar 15 menit kemudian, Rendi keluar dengan mengenakan pakaian bersih.
“Yuk bah kita makan dulu.” ajak Rendi pada ayah mertuanya
“Ayo, kebetulan abah juga sudah lapar.”
Wanda yang baru saja selesai menyuapi ibunya di dalam kamar itu pun lantas keluar dan bergabung bersama suami dan ayahnya yang sedang makan.
_______
Keesokan harinya, saat Wanda baru saja akan berangkat mengajar, ia berpapasan dengan mbak Ani yang sedang menuju ke arah rumah Wanda.
Keduanya saling sapa lalu kemudian melanjutkan perjalanan masing-masing.
Siang itu, Wanda yang baru pulang, terlebih dulu mampir ke apotik untuk membelikan obat sang ibu.
Dan tidak lupa ia juga mampir di toko makanan, ia membeli banyak cemilan untuk orang rumah.
Ketika sampai di rumah, Wanda tersenyum puas saat melihat semua tugas rumah sudah beres dikerjakan oleh mbak Ani.
“Bu, ini dicicipi dulu.” Kata mbak Ani seraya memberikan sepiring kecil makanan
“Apa ini mbak?”
“Itu makanan khas dari daerah saya bu. Kebetulan saya ini suka masak, saya lihat ada bahan-bahannya di dapur, makanya saya ngide untuk masak ini. Maaf ya bu kalau saya lancang.”
“Mm.. Enak sekali ini.. Mama saya sudah makan mbak?”
“Sudah bu, beliau lahap sekali makannya.”
“Syukurlah..”
“Oh iya, bahan-bahan di dapur itu bebas kok mau mbak kreasikan jadi masakan apapun boleh. Sering-sering buat makanan begini juga boleh mbak.”kata Wanda diiringi suara tawanya yang renyah
________
Hari itu, kebetulan Wanda sedang libur. Jadi ia bisa bersantai di rumah seharian.
“Tumben mbak Ani datangnya agak siangan hari ini?”tanya Wanda dengan bibir tersenyum
Ya, hari itu merupakan hari kelima mbak Ani kerja di rumah orang tua Wanda.
“Iya bu, maaf ya bu. Tadi ada acara di dekat kosan saya bu. Oh iya bu. Ini saya bawakan makanan untuk ibu sekeluarga.”
“Iya nggak apa-apa.”ucap Wanda tersenyum
“Mmm.. Aromanya enak sekali mbak.”
“Iya bu. Silahkan dimakan bu.”
Wanda memakan makanan yang dibawakan oleh mbak Ani bersama sang ayah dan juga Ulfah.
Setelah selesai makan, mereka pun mengobrol santai di depan tv. Sementara mbak Ani beberes dan memasak di dapur.
____
“Sayang, ini makanan kok basi semua?” Tanya Rendi pada Wanda yang sedang rebahan di atas kasur
“Masa sih? Itu makanan baru dimasak mbak Ani tadi sore loh. Masa iya sudah basi?” kata Wanda tak percaya
Ia langsung beranjak keluar kamar untuk memastikan apa yang dikatakan oleh suaminya itu tidak benar.
Namun ketika ia sudah berada di dapur, hidungnya mulai mencium aroma yang tidak sedap di sana.
Bau makanan basi memenuhi ruangan dapur tersebut. Semua makanan yang dimasak sore tadi sudah berlendir dan berbau.
“Kok bisa basi semua?” tanya Wanda pelan, seolah tengah bertanya pada dirinya sendiri
“Kenapa nda?” tanya ayah Wanda yang sudah berada di depan pintu masuk ke dapur
“Semua makanannya basi bah..” jawab Wanda
“Mungkin ada yang ikut makan. Nggak apa-apa dibuang saja makanannya.”ujar ayahnya Wanda seraya berjalan ke arah kamar mandi
Wanda mengangguk, dengan di bantu oleh suaminya, Wanda pun memindahkan semua makanan basi tersebut ke dalam kantong plastik sampah. Dan malam itu juga mereka berdua membersihkan dapur, jendela dibuka agar bau makanan basi yang memenuhi ruangan tersebut hilang.
________
Keesokan harinya..
Saat tengah mengajar di kelas, Wanda tiba-tiba mencium aroma anyir darah yang membuatnya seketika mual.
Kepalanya juga mendadak pusing, kaki yang menopang tubuhnya, seolah limbung. Dengan cepat Wanda mengarahkan tangannya untuk berpegangan pada meja, agar tubuhnya tak langsung terjatuh ke lantai.
Dalam keadaan seperti itu, Wanda mendengar banyak sekali suara orang. Banyaknya suara-suara itu membuat kepala Wanda menjadi kian sakit. Wanda meringis kesakitan.
“Bu, bu.. Bu Wandaa..”
“Bu Wandaaa… !”
Bruuukkk..
Tubuh Wanda terjatuh ke lantai. Ia tak sadarkan diri. Dari hidungnya keluar banyak darah segar.
Ketika tersadar, Rupanya Wanda sudah berada di rumah sakit.
Setelah menjalani pemeriksaan dan tes, Wanda dinyatakan sehat oleh pihak medis. Ia tidak memiliki penyakit apapun.
Namun berbeda dengan yang Wanda rasakan, ia masih merasa pusing juga lemas. Dan yang paling mengganggu iyalah suara-suara yang terus terdengar olehnya. Sementara orang-orang disekitarnya tidak ada yang mendengar suara itu.
_______
“Ini bu. Makan dulu buburnya ya.” Kata mbak Ani seraya meletakkan semangkuk bubur hangat di dekat kasur Wanda
“Saya lagi nggak pengen makan bubur mbak..”
Mbak Ani mengangguk, lalu kemudian ia membawa kembali mangkuk berisi bubur tersebut keluar,
Saat sedang beristirahat sambil memejamkan mata, dengan headset yang terpasang di telinganya, tiba-tiba tubuh Wanda digoyang-goyangkan oleh seseorang. Dan ketika ia membuka mata, Wanda melihat Ulfah sudah berada di dekatnya dengan raut wajah ketakutan.
“Ada apa sayang?”tanya Wanda seraya melepaskan headset pada telinganya.
Ya, sejak pulang dari rumah sakit, Wanda yang selalu saja mendengar suara-suara aneh itupun memutuskan untuk memakai headset dan menyetel lagu islami, dengan tujuan agar suara-suara itu tidak terdengar. Dan cara itu cukup ampuh.
“Mbak Ani bunda..”
“Mbak Ani kenapa sayang?” Tanya Wanda
“Mbak Ani nyanyi-nyanyi, terus ketawa-ketawa sendiri. Ulfah takut bunda.”
Wanda bangun, sambil meringis karena merasa sangat terganggu dengan suara-suara berisik yang hanya ia sendiri bisa mendengarnya.
“Mbaaak.. Mbak Aniiii..”panggil Wanda
Namun tidak ada jawaban,
Hari itu, di rumah memang hanya ada, Wanda, Ulfah dan mbak Ani. Karena suami wanda kerja, sementara kedua orang tuanya sedang ke rumah sakit untuk cek kesehatan dan menebus obat.
“Mbaak Aniii..” Panggil Wanda lagi, namun tetap tidak ada jawaban
“Mbak Ani dimana fah?” Tanya Wanda pada anaknya
“Nggak tahu bun..” Jawab Ulfah yang berada di belakang Wanda
Saat mereka berdua sedang mencari mbak Ani, tiba-tiba dari arah kamar mandi terdengar suara teriakan.
Wanda langsung berlari ke arah dapur, dan ketika ia berada di depan pintu kamar mandi, ternyata pintunya dikunci dari dalam.
“Mbaaakk.. Mbaak Aniii…”panggil Wanda sambil menggedor-gedor pintu tersebut dengan keras
Di dalam masih terdengar suara teriakannya mbak Ani, karena takut terjadi apa-apa pada Artnya itu, Wanda pun bergegas lari keluar rumah untuk meminta bantuan pada tetangga sekitar.
Namun, karena di jam-jam seperti itu orang-orang sedang bekerja dan kebanyakan rumah kosong, alhasil yang datang menolong pun hanya beberapa orang saja. Itupun hanya Art perempuan dan lansia yang untuk jalan saja tidak terlalu kuat.
Untungnya, art yang membantu Wanda itu cukup kuat. Dan ia berhasil mendobrak pintu kamar mandi tersebut. Saat pintu sudah berhasil di buka, terlihat mbak Ani sudah telentang di atas lantai dengan kepala berdarah.
Dan bekas darah juga berada di dinding kamar mandi.
Dugaan mereka, mbak Ani membenturkan kepalanya ke dinding sampai berdarah. Terkait penyebabnya, mereka tidak ada yang tahu.
Mbak Ani dibawa ke rumah sakit dan semua biayanya ditanggung oleh keluarga Wanda. Namun setelah mbak Ani sembuh, ia diberhentikan bekerja di rumah Wanda. Karena keluarga Wanda tidak ingin mbak Ani melakukan hal-hal aneh yang membahayakan dirinya sendiri lagi di rumah mereka.
Setelah mbak Ani berhenti, posisinya digantikan oleh Surti.
Surti ini sebelumnya datang sendiri kerumah, katanya ia diberitahu oleh mbak Ani kalau kemungkinan mantan bos mbak Ani yaitu Wanda, sedang mencari art pengganti dirinya.
Jadilah Surti mencoba peruntungan untuk melamar kerja di tempat Wanda.
Kalau kemarin mbak Ani pulang pergi dari kosan ke rumah Wanda, Surti justru meminta izin untuk menginap, karena katanya, sayang uangnya kalau ia tetap tinggal di kosan dan bayar tiap bulan. Sementara ia harus mencari uang untuk keluarganya di kampung.
Keluarga Wanda juga tidak melarang, malah mereka senang kalau Surti tinggal dirumah itu.
________
“Aku kok jadi ikut-ikutan kamu ya, aku tuh sering mimpi aneh akhir-akhir ini. Kalau lagi diluar juga kadang nggak fokus, tadi aja aku hampir nabrak pembatas jalan karena nggak fokus.” Cerita Rendi pada Wanda
Wanda menatap suaminya lekat,
“Iyakan? Berarti bukan cuma aku yang merasa? Ulfah juga sampai nggak berani lagi tidur di kamarnya setelah kejadian mbak Ani itu.”
“Tapi kalau dipikir-pikir semenjak mbak Ani kerja disini, dirumah jadi banyak kejadian aneh ya. Dan lagi, mbak Ani pernah sampai kerasukan begitu. Apa jangan-jangan, mbak Ani terkena santet ya? Dan efeknya merembet sampai ke kita..” Kata Rendi
Wanda terdiam,
“Iya ya? Kok aku nggak pernah mikir sampai kesitu. Padahal yang aku rasakan sudah merujuk ke hal-hal yang nggak masuk akal.”
“Bagaimana kalau kita berkonsultasi dengan orang yang paham dengan permasalahan seperti ini??” Tanya Rendi
Wanda mengangguk,
“Aku setuju. Tapi sama siapa?”
“Aku akan coba tanyakan sama teman-temanku.”
__________
Keesokan harinya, Rendi berangkat bekerja seperti biasa.
Dan sesampainya di kantornya itu, ia langsung menceritakan apa yang terjadi dirumah mertuanya akhir-akhir ini.
Setelah temannya itu mendengar cerita Rendi, mereka langsung menyarankan agar Rendi mendatangi seseorang di sebuah desa yang berada di kalimantan tengah. Kata temannya itu, orang tersebutlah yang membantu kelancaran bisnis mereka selama ini. Mereka menemui orang itu tanpa diketahui oleh Rendi.
Namun menurut Rendi, cukup sulit kalau dia yang berangkat ke kalteng sendirian. Karena bagaimanapun, ia takut untuk berkendara sendirian. Takut kalau sampai saat berkendara, ia mengalami gangguan yang akhirnya menyebabkan ia kecelakaan.
Mendengar alasan Rendi, mereka pun siap untuk menjemput orang itu kapanpun Rendi suruh.
Dan Rendi menyuruh salah satu temannya itu untuk pergi pada keesokan harinya.
_______
“Sur, kamu pernah nggak mengalami kejadian aneh semenjak kerja disini?” tanya Wanda pada Surti hari itu
“Nggak pernah bu.. Memangnya kenapa ya bu?”
“Oh, nggak. Nggak apa-apa.”
“Ini kamu lagi bikin apa sur?” ujar Wanda mengalihkan pembicaraan
“Ini ramuan herbal untuk badan pegal-pegal bu. Sengaja saya buatkan untuk ibu, karena saya lihat ibu sepertinya sedang kurang enak badan..”
“Oh, iya nih sur. Badan saya rasanya lemas sekali. Telinga juga kadang berdengung.”
Surti tersenyum, dengan cekatan tangannya menuangkan ramuan herbal itu ke dalam gelas. Kemudian memberikan gelas tersebut pada Wanda.
Wanda langsung meminum air ramuan herbal yang Surti berikan dengan sekali teguk.
“Saya masuk kamar dulu ya sur.” kata Wanda seraya berbalik badan
“Iya bu.”
Sebelum masuk kedalam kamar, terlebih dulu, Wanda keluar untuk melihat Ulfah yang sedang bermain bersama nenek dan kakeknya.
Wanda membaringkan tubuhnya di atas kasur tersebut, setelah menyetel sholawat dari hpnya, Wanda pun lantas memejamkan mata.
Namun baru beberapa saat saja, tiba-tiba Wanda merasa mual yang teramat sangat, hingga akhirnya Wanda yang tidak bisa menahannya lagi, langsung muntah di atas kasurnya.
“Maaaa…”ujar Wanda merintih memanggil ibunya
Orang tuanya yang mendengar panggilan dari Wanda itu pun lantas bergegas ke dalam kamar. Mereka langsung membantu Wanda yang sudah tampak sangat lemas tersebut. Sang ibu memijit-mijit kepala Wanda sambil terus berdoa.
Beberapa saat kemudian, Wanda akhirnya berhenti muntah. Satu kasur itu penuh dengan muntahannya.
Untungnya ayahnya Wanda saat itu masih terbilang cukup kuat untuk menggeser tubuh Wanda agar turun dari kasur.
Dengan dibantu oleh Surti dan sang ibu, pakaian Wanda pun berhasil diganti.
Sampai Rendi datang, ibunya terus menemani Wanda.
Malam itu, terpaksa ia dan Rendi tidur di beralaskan karpet di lantai. Karena kasur tidak bisa dipakai.
Rendi mengelus-elus kepala Wanda agar istrinya tersebut bisa tertidur.
Akan tetapi sekitar pukul 10 malam, Rendi terbangun karena Wanda yang berada di sampingnya itu merintih dan tubuhnya menggigil.
Ketika Rendi menempelkan tangannya ke dahi Wanda, matanya langsung melebar, ia kaget dengan suhu tubuh Wanda yang sangat panas saat itu.
Rendi bergegas keluar kamar, ia mengetuk pintu kamar mertuanya. Tidak lama kemudian ayah mertuanya keluar.
“Wanda panas bah. Saya akan membawanya kerumah sakit.” Kata Rendi
Mendengar itu, sang mertua langsung berjalan tergesa menuju ke kamar yang ditempati anak dan menantunya tersebut.
“Ya Allah. Panasnya. Ayo, cepat bawa ke rumah sakit.” Ujar Ayahnya Wanda setelah memegang dahi sang anak
Rendi bergegas menggendong istrinya, mengikuti sang mertua yang dengan cepat membukakan pintu rumah dan juga mobil.
“Abah dirumah saja bah, biar saya yang bawa Wanda ke rumah sakit.” Ucap Rendi
Ayah mertuanya itu mengangguk. Sambil mengelus dada Ia melihat kepergian mobil yang dikendarai sang menantu meninggalkan halaman rumah mereka.
Anehnya ketika sudah sampai di rumah sakit, demam Wanda turun. Tubuhnya kembali berada pada suhu tubuh normal pada umumnya.
“Kondisi tubuhnya sehat, semuanya normal.” kata dokter
“Tapi tadi badannya panas sekali dok, siang tadi dia juga muntah terus.”
“Tapi dari hasil pemeriksaan, istri bapak sangat sehat. Semuanya normal tidak ada gejala sakit apapun.”
Rendi menghela nafas panjang, lalu ia mengangguk.
Wanda terbangun, nafasnya terengah.
Rendi yang tertidur di sambil memegang tangan istrinya itu pun, ikut terbangun.
“Kenapa sayang??”tanya Rendi saat melihat Wanda yang tampak seperti sedang ketakutan itu
“Di rumah ada hantu.. Aku melihat hantu..” ucap Wanda bergetar
“Tenang, sayang.. Kita di rumah sakit sekarang..”
“Ulfah.. Mama. Abah… Aku takut mereka kenapa-napa.. Aku mau pulang sekarang..”
“Sudah, kamu disini saja dulu. Orang yang akan membantu kita mungkin akan datang lusa. Kamu tenang saja ya. Orang rumah pasti baik-baik saja.”
Wanda menarik nafas panjang.
“Apa kata dokter?” Tanya Wanda
“Kamu sehat katanya.”
“Kamu tahu kan, sakitku ini bukan sakit yang bisa diobati medis? Terus kenapa kamu masih membawaku kesini?” Tanya Wanda menahan emosinya
“Di rumah tadi, kamu demam sayang. Badanmu panas. Kamu menggigil. Ku kira kamu cuma demam biasa.”
Wanda diam saja, ia tak lagi menanggapi perkataan Rendi.
________
Keesokan harinya, Wanda pulang. Meskipun wajahnya masih pucat dan jalannya sempoyongan. Namun Wanda tetap bersikeras untuk pulang.
Untungnya apa yang Wanda takutkan tidak terjadi, anak dan juga ayah ibunya baik-baik saja.
“Perbanyak ibadah, dan doa jangan sampai terputus.”ujar ayahnya Wanda seraya menempelkan punggung tangannya pada dahi sang anak
“Abah pun juga merasakan hawa yang aneh di rumah ini. Bahkan abah pernah beberapa kali melihat ular hitam di dalam rumah ini. Tapi karena abah tidak mau membuat kalian khawatir, makanya abah diamkan saja.”
“Mama juga mengalaminya nda. Sebelum mama pingsan itu, mama merasa pundak mama berat sekali, kepala mama juga jadi pusing. Rasanya pengab, dada sesak. Lalu kemudian mama tidak ingat apa-apa lagi..”
“Sebenarnya apa yang terjadi sama keluarga kita ma, bah? Apa kita terkena santet??” Tanya Wanda
“Kita akan segera tahu jawabannya..”kata Rendi seraya mengelus tangan istrinya
Saat mereka masih mengobrol, tiba-tiba Surti muncul dan langsung duduk bersimpuh di hadapan Wanda dan keluarganya.
“Kenapa sur? Duduk di atas saja sur, jangan dibawah begitu.” Kata Wanda
“Maaf bu, saya mau kembali ke kampung halaman saya, karena ada hal yang mendesak. Saya ijin pulang ya bu.”ucap Surti pelan
“Memangnya kenapa sur?”
“Orang tua saya sakit keras bu. Saya harus pulang.
Mendengar alasan kepulangan Surti itu, Wanda pun akhirnya mengijinkan.
Bahkan Wanda membayar gaji Surti selama 1 bulan full. Padahal Surti belum sampai 1 bulan kerja di sana.
“Semoga orang tuamu lekas sehat ya sur..” Ucap Wanda yang saat itu mengantarkan kepergian Surti
Surti mengangguk, ia lalu berjalan tergesa kearah tukang ojek yang sudah menunggunya di seberang jalan.
“Kasian Surti ya, wajahnya pucat. Pasti dia kepikiran sama orang tuanya.” Kata Wanda
Rendi mengangguk, lalu merangkul bahu Wanda dan mengajaknya masuk kedalam rumah.
_________
Malam itu, teman Rendi datang bersama seorang laki-laki berusia 50 tahunan.
Orang itu memperkenalkan diri dengan nama Amang Djatta. Beliau dari tanah siang yang berada di kabupaten murung raya kalimantan tengah.
Suara amang Djatta cukup keras, dan bahasa banjarnya pun sangat terbatas. Sehingga membuat Rendi, Wanda dan kedua orang tuanya tidak terlalu memahami apa yang beliau katakan.
Amang Djatta mulai menghidupkan perapin, matanya tertutup saat merapalkan mantra.
Dan tiba-tiba saja, Wanda mengerang kesakitan. Tubuhnya meliuk-liuk seperti ular. Mulutnya mendesis dan sesekali ia menjulurkan lidahnya sambil menatap amang Djatta.
“Ini bukan santet. Ini mahluk perjanjian. Mahluk pesugihan. Keluarga kalian sudah di tumbalkan.!” ujar amang Djatta
Setelah mengatakan itu, amang Djatta langsung berdiri. Ia mulai menari-nari mengelilingi perapin yang asapnya memenuhi ruangan rumah tersebut.
Semua orang yang berada di rumah itu diam, tak ada yang berani berbicara, hanya suara gemerincing gelang kaki amang Djatta yang terdengar riuh.
Mendadak amang Djatta berhenti menari, ia terdiam dengan kepala menunduk.
Tiba-tiba saja, lampu dirumah itu mati. Hanya cahaya redup dari bara di perapin yang memberi sedikit penerangan untuk mereka.
“Astagfirullah..”ujar Rendi setelah ia melihat lidah amang Djatta memanjang dan menjilati darah ayam yang sebelumnya memang sudah disembelih dan di letakkan di dalam baskom besar, tepat di depan Rendi.
Saat lampu sudah menyala, mereka melihat darah ayam yang sebelumnya masih banyak di dalam baskom itu sudah lenyap. Dan Wanda sudah dalam posisi terbaring di lantai.
Amang Djatta membungkuk di dekat tubuh Wanda yang terkulai lemah,
Ia mencabut beberapa lembar rambut di ubun-ubun Wanda lalu kemudian memakannya.
Saat itu amang Djatta seperti orang yang sedang kesurupan.
Setelah itu, Wanda disiram dengan air kelapa. Dan mendadak Wanda tersadar. Begitu bangun, Wanda langsung muntah.
“Kemari satu persatu.” Ujar amang Djatta memanggil keluarga Wanda
Rendi mendekat terlebih dulu, dan saat Rendi sudah berada di depan amang Djatta, Amang Djatta pun langsung mengambil sebiji kelapa utuh lalu kelapa itu dipecahkan di atas kepala Rendi, air dari kelapa tersebut membasahi kepala dan tubuh Rendi.
Setelah Rendi selesai, Lalu kemudian giliran ayah dan ibu mertuanya juga Ulfah.
Entah kenapa, setelah disiram dengan air kelapa itu, Rendi merasa tubuhnya menjadi ringan dan perasaan aneh yang kemarin-kemarin menyelimutinya, mendadak hilang.
Tapi yang paling parah malam itu adalah Wanda, ia kerasukan dan juga muntah-muntah.
Setelah selesai, amang Djatta kembali merapalkan mantranya.
____
“Beruntung kalian masih dilindungi olehNya.”ujar amang Djatta seraya menghidupkan rokok tembakaunya
Asap rokok tembakau itu memenuhi ruangan, baunya yang menyengat, membuat Wanda pusing.
“Kira-kira siapa yang berbuat sekejam itu pada keluarga kami mang?”tanya Rendi
“Pesugihan itu, dari pulau lain. Hebatnya pesugihan tersebut tumbalnya bukan anggota keluarga si pelaku. Tapi orang lain yang diberi makan hasil pesugihan tersebut pun bisa dijadikan tumbal.”
“Apa mungkin kalau ada yang membayar jasa travel kita dengan uang pesugihan itu?” tanya Rendi pada temannya
“Tidak, dia tidak bisa seperti itu. Biasanya tumbal akan didiberi secara cuma-cuma atau mendapatkan uang secara tak sengaja. Tapi bisa saja bentuknya bukan uang, melainkan makanan.”
Rendi dan ayah mertuanya saling berpandangan,
“Saya tidak mau suudzon, tapi saya curiga dengan satu orang ini mang. Dia mantan Art kami. Sejak dia datang, rumah ini mulai terasa aneh. Apa mungkin dia?”ujar Rendi
Amang Djatta memejamkan mata,
“Namanya Ani kan? Bukan dia orangnya. Orang yang ingin menumbalkan kalian ini pernah tinggal disini, namanya Ratih.. Dia sudah lama memata-matai kalian. Sebelum si Ani itu bekerja disini.” ujar amang Djatta
“Ratih mang? Tapi Art kami yang pernah tinggal disini itu namanya Surti mang. Bukan Ratih.”
Amang Djatta terdiam, ia kembali memejamkan mata, lalu memberitahu ciri-ciri orang yang bernama Ratih itu pada Rendi sekeluarga.
“Surti.. Ciri-cirinya itu mirip Surti. Aku, juga tidak pernah memeriksa KTPnya. Entah kenapa aku percaya begitu saja padanya..” ujar Wanda
Amang Djatta menghela nafas panjang,
“Dia sudah gagal menumbalkan kalian, aku yakin mahluk pesugihan itu pasti akan berbalik menyerang dia.”kata amang Djatta
Wanda menghela nafas lega,
Baca: Pengalaman Horor Pekerja Tambang Batubara di Kalimantan
“Lalu sekarang apa kami boleh ganti baju mang?”tanya Rendi
Amang Djatta mengangguk, dan setelah mengobrol sebentar. Mereka pun beristirahat. Keesokan harinya, amang Djatta berkeliling di dalam rumah tersebut, beliau menemukan beberapa buhul yang diletakkan di tiap sudut di rumah itu.
Dan setelah 3 hari amang Djatta menginap disana. Beliau pun akhirnya pulang.
Selama 3 hari menginap dirumah keluarga Wanda, beliau sebisa mungkin membantu membersihkan rumah itu, karena katanya rumah itu sudah mulai menarik perhatian mahluk-mahluk lain. Dan jika dibiarkan mereka akan semakin banyak berdatangan dan mengganggu penghuni rumah tersebut.
“Meskipun sudah kubersihkan dan ku pagari begini, tapi ibadah kalian harus tetap dijalankan.”pesan amang Djatta
Setelah kejadian itu, keluarga Wanda jadi lebih teliti lagi dalam mencari Art. Mereka tidak asal menerima begitu saja seperti sebelum-sebelumnya.
______SELESAI_____