SlotRaja777 – Saya sering bertanya-tanya, seperti apa sih rasanya pingsan, kesurupan, atau tenggelam?Saya tak pernah tau. Karena syukurnya, sampai saat ini saya belum pernah sekali pun mengalami salah satu di antaranya.
Tapi saya punya satu testimoni dari seseorang yang pernah nyaris mati tenggelam di sungai, Namun dengan cara yang tidak wajar..
TUMBAL SUNGAI CILIWUNG
Jakarta, 2015.
Namaku Erwin, aku tinggal dan besar di sini, di Jakarta. Rumahku berjarak hanya beberapa puluh meter saja dari sungai Ciliwung.
Hari ini, ada sebuah kejadian tragis. Seorang bocah dikabarkan tenggelam di sungai Ciliwung tadi siang.
Usaha pencarian hingga saat ini masih terus dilakukan. Tim SAR tengah sibuk melakukan tugas mulianya berusaha untuk menemukan bocah naas yang hilang tenggelam itu.
Sejak tadi, warga berbondong-bondong mendatangi lokasi untuk menyaksikan atau membantu proses pencarian.
Tapi tidak denganku…
Aku takkan pernah lagi mau menginjakkan kakiku di sana. Bahkan untuk sekedar berdiri di tepian sungai pun sebisa mungkin aku hindari.
Semua itu karena trauma dari sebuah kejadian yang menimpaku beberapa puluh tahun yang lalu. Peristiwa yang nyaris merenggut nyawaku..
*******
Waktu itu usiaku sekitar 10 tahun. Aku dan teman-teman sebayaku sehari-hari biasa bermain di sungai Ciliwung dan area sekitarnya.
Kondisi sungai Ciliwung saat itu masih ‘lumayan’, tidak terlalu kotor dan keruh seperti saat ini.
Hampir setiap anak mahir berenang karena belajar langsung di sungai. Tanpa mentor, tanpa instruktur. Semua serba otodidak.
Bahkan kami biasa melakukan semacam aksi petualangan yang menarik.
Kami sering beramai-ramai menyusuri sungai dengan menggunakan rakit yang kami buat sendiri dari gedebong pisang (batang pohon pisang).
Sensasinya sungguh luar biasa..
Petualangan menyusuri sungai itu biasa kami lakukan ketika hari libur sekolah.
Hal semacam itu tentu saja dilarang oleh orang tua kami. Namun kami tetap melakukannya secara diam-diam.
Aku masih ingat, hari itu hari Minggu, hari yang sudah kami tunggu-tunggu. Karena hari itu kami semua berencana untuk melakukan petualangan favorit kami.
Sekitar jam 9 pagi, kami semua sudah berkumpul di tempat biasa. Jumlah kami saat itu ada sekitar 10 orang.
Sekedar penjelasan singkat. Tehnik melakukan susur sungai yang kami lakukan waktu itu sangat lah sederhana.
Terlebih dulu, kami akan berjalan kaki jauh ke arah hulu, lalu membuat rakit di sana. kemudian bersama-sama hanyut mengikuti arus sungai ke hilir hingga sampai ke tempat kami.
Sangat menyenangkan bukan?
*******
Singkat cerita, akhirnya kami tiba di area hulu. Sebuah daerah tepian sungai yang banyak ditumbuhi pohon pisang.
Tanpa membuang waktu, kami pun segera membuat rakit yang nantinya akan kami gunakan untuk menyusuri sungai.
Bentuk rakitnya sangat variatif. Bisa untuk kapasitas 1 orang, 2 orang, bahkan bisa sampai 4 orang dalam satu rakit.
Waktu itu, aku dan temanku yang bernama Nurul sepakat untuk membuat rakit yang nantinya akan kami gunakan berdua.
Setelah beberapa lama, akhirnya semua rakit kami pun telah siap.
Sebuah petualangan seru segera di mulai..
*****
Mulai dari tempat itu, kami semua menaiki rakit kami masing-masing. Kami mulai hanyut mengikuti arus sungai menuju ke tempat kami, bak petualang sejati.
Perjalanan yang ditempuh biasanya memakan waktu sekitar satu jam, bahkan bisa lebih.
Dalam perjalanan, biasanya kami akan singgah di beberapa lokasi, terutama area tepian sungai yang banyak ditumbuhi umbi-umbian dan talas liar. Lumayan, untuk dibakar setibanya di ‘markas’ Kami nanti.
Saking seringnya kami melakukan hal tersebut, sampai-sampai kami hapal semua tempat yang bisa kami singgahi.
Singkat cerita, perjalanan kami telah sampai separuh jalan. Saat itu kami baru tiba di satu lokasi yang arah sungainya sedikit menikung.
Di situ juga termasuk tempat ‘harta karun’, di mana tepian sungainya banyak ditumbuhi tanaman singkong dan talas liar.
Tapi kami semua tidak pernah menduga, kalau di situ kami akan mengalami suatu peristiwa naas yang takkan pernah bisa kami lupakan seumur hidup.
Di situ, seluruh rakit kami bersandar sejenak di tepi untuk mengumpulkan singkong dan talas yang bakal kami bawa. Setelah merasa cukup, kami pun kembali melanjutkan perjalanan.
Satu persatu, rakit-rakit pun lanjut bergerak. Kebetulan rakit yang kutumpangi bersama Nurul berada di urutan paling belakang.
Tapi baru saja rakit kami dorong ke tengah, tiba-tiba Nurul teringat pisau kecilnya yang tertinggal.
“Yah Win, pisauku ketinggalan. kamu lanjut dulu deh, aku berenang saja balik ke tempat tadi.” Ucap Nurul waktu itu.
Lalu Nurul pun turun dari rakit kemudian mulai berenang menuju ke tepian.
Tapi baru beberapa kayuh saja, tiba-tiba Nurul tenggelam!
Kepalanya nampak timbul-tenggelam dengan kedua tangannya berusaha menggapai-gapai!
Aku yang duduk di atas rakit, mengira kalau saat itu Nurul sedang bercanda. Aku hanya tertawa sebentar, kemudian menyuruhnya segera menyudahi aksi konyolnya itu.
“Udah jangan bercanda! Kita sudah ketinggalan sama yang lain! cepetan!” teriakku gusar.
Tapi kemudian Nurul tak pernah muncul lagi. Sesaat ku tunggu dengan rasa kesal. Tapi dia benar-benar tak pernah muncul kembali ke permukaan.
Aku mulai khawatir, karena tak mungkin Nurul sanggup menyelam selama itu. Akhirnya diriku jadi panik dan langsung berteriak memanggil teman-teman yang lain.
“Wooi.. Tolooong! Nurul tenggelam!” Teriakku dengan nada penuh ketakutan.
Mereka semua yang belum terlalu jauh di depan, terkejut mendengar teriakanku. Kemudian mereka berusaha melawan arus demi bisa kembali ke tempat kami.
Tak sabar menunggu teman-temanku tiba, aku langsung turun dari rakit dan berenang untuk menolong Nurul.
Sesampainya di tempat Nurul tenggelam tadi, baru ku ketahui kalau ternyata air di situ tak terlalu dalam. Kira-kira tingginya hanya sebatas dadaku saja.
TAPI INILAH YANG ANEH DAN MENGERIKAN….
Beberapa saat ketika aku berdiri memijakkan kaki, tiba-tiba saja dasar sungai tempatku berpijak seperti amblas!
Aku panik!
Setiap kali aku coba kembali berpijak, selalu saja dasar sungai itu kembali amblas!
Dan terasa seperti ada sesuatu yang menarikku masuk ke dalam sebuah lubang…
Akhirnya, aku mengalami situasi yang sama seperti Nurul tadi. Aku tenggelam di sungai yang tinggi airnya cuma sebatas dadaku saja.
Aku berontak, menggapai-gapai berusaha untuk naik ke permukaan sebisanya, tapi sia-sia. Tenaga dari tarikan itu begitu kuat menarikku masuk ke dasar sungai.
Tapi di saat aku mulai hilang kesadaran, tiba-tiba ada tangan yang menjambak rambutku dan menarikku naik ke permukaan air!
Ternyata teman-temanku telah sampai di situ pada saat yang tepat! Lalu aku diseret dan dibawa ke tepi sungai.
Tapi malang, Nurul yang lebih dulu tenggelam tak berhasil mereka temukan. Setengah mati mereka berusaha mencari, menyelam, berteriak dan memanggil.
Tapi semua itu sia sia…
Akhirnya warga sekitar pun geger!
Aku dibawa ke salah satu rumah warga untuk mendapatkan pertolongan. Sementara warga yang lain langsung turun ke sungai beramai-ramai untuk mencari Nurul.
Sebentar saja, lokasi tersebut menjadi ramai. Warga makin banyak berdatangan untuk ikut mencari dengan berbagai macam cara dan alat bantu seadanya.
Tapi hingga sore hari, Nurul tak juga bisa di temukan. Dia bagai hilang ditelan air.
Kedua orang tua Nurul yang telah dihubungi ikut hadir di situ. Mereka nampak sedih dan khawatir.
Hingga akhirnya Tim SAR pun tiba.
Dengan peralatan yang lebih memadai, mereka berusaha mencari dengan radius yang lebih luas lagi.
Pencarian terus dilakukan sampai tengah malam. Mereka mencari secara bergantian, beberapa orang nampak mulai kelelahan.
Dengan diterangi lampu bantuan, perahu karet sibuk hilir mudik menyusuri sungai, dibarengi dengan sejumlah penyelam yang terus menjelajah dasar sungai. Tapi hasilnya tetap sama.
NIHIL..
Akhirnya sekitar pukul 2.00 dinihari, pencarian untuk sementara dihentikan. Tapi petugas pintu air di hilir diminta untuk tetap siaga, berjaga-jaga kalau-kalau ternyata tubuh Nurul hanyut terbawa sampai ke sana.
Singkat cerita, keesokan harinya, sejak pagi-pagi sekali, pencarian pun kembali dilanjutkan.
Tapi sama seperti kemarin, hingga sore hari, tetap tak mampu membuahkan hasil. Para pencari pun mulai putus asa.
Hingga akhirnya, datang seorang kakek tua yang mengaku sebagai sesepuh di daerah itu.
Dia mengatakan bahwa jenazah Nurul ‘disembunyikan’ oleh mahluk halus penunggu sungai.
Dia berkata kalau lokasi tersebut ada penunggunya, dan sering menampakkan diri dengan wujud seekor buaya putih.
Dia juga bilang, kalau ingin jenazah Nurul segera ditemukan, kami harus memberikan semacam sesaji sebagai persembahan untuk dilarung di sungai.
Akhirnya kedua orang tua Nurul memutuskan untuk mengikuti saran kakek tua itu.
Saat itu juga, segera disiapkan sesaji berisikan seekor ayam, beberapa butir telur ayam kampung, sesisir pisang dan kembang 7 rupa yang ditaruh dalam satu wadah besar.
Kemudian sesaji yang telah disusun sedemikian rupa itu dihanyutkan ke tengah-tengah sungai persis di mana lokasi Nurul tenggelam.
Dan aneh. Setelah beberapa saat dihanyutkan, tiba-tiba saja wadah sesaji itu seperti tersedot masuk ke dalam air lalu hilang tanpa bekas!
Ajaib…
Sang kakek bilang, itu tandanya sesajinya diterima oleh sang penunggu sungai. Dengan begitu, jenazah Nurul akan segera ditemukan.
DAN BENAR SAJA…
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, jenazah Nurul akhirnya ditemukan.
Jasadnya tiba-tiba saja muncul dengan sendirinya, tepat di titik lokasi dimana anak itu tenggelam.
Padahal sebelumnya di situ sudah berkali-kali dilakukan pencarian, bahkan sampai menyelam menggunakan alat selam.
Tapi ada satu hal yang mengenaskan…
Tubuhnya bengkak membiru. Kedua bola matanya hilang, meninggalkan lubang mata yang pucat dan keriput.
Yang lebih mengerikan lagi, kepalanya juga berlubang, persis di area ubun-ubun.
Semua orang bergidik ngeri…
Akhirnya jenazah Nurul segera dibawa pulang untuk diurus dan dimakamkan.
Baca: Cerita Horor Pendakian Malam Satu Suro di Gunung Sindoro Tahun 2000
Kini, setelah berpuluh-puluh tahun, orang-orang telah melupakan kejadian itu.
Tapi tidak denganku.
Kejadian itu begitu membekas dan menimbulkan trauma yang mendalam.
Aku yang nyaris menjadi korban, tak bisa melupakan kengerian saat diriku hampir tenggelam.
Pijakan kaki yang selalu amblas, serta tarikan kuat yang memaksaku masuk ke dalam air. Semua itu takkan bisa ku lupakan seumur hidup.
Kini, meskipun sungai Ciliwung telah banyak berubah, makin kotor, sempit dan dangkal terdesak oleh perkembangan zaman, tapi aku yakin..
SANG PENUNGGU MASIH ADA DI SANA.
—– SELESAI —–